Resensi Buku:
Richard
L. Pratt, Dirancang Bagi Kemuliaan
(Designed For Dignity).
Surabaya:
Momentum 2002. 235 halaman
Ady Putra
Mahasiswa Program M. Th. Biblikal, STT SETIA Jakarta
Deskripsi. Richard L.
Pratt adalah seorang Profesor Perjanjian Lama dari Reformed Theological
Seminary di Orlando. Setelah membaca beberapa buku yang telah ditulis oleh Pratt,
maka disimpulkan bahwa penulis sangat baik dalam memaparkan setiap narasi dalam
Alkitab khususnya setiap narasi dalam Perjanjian Lama. Sehingga walaupun
penulis adalah seorang akademisi akan tetapi setiap tulisannya, termasuk buku
ini disajikan dengan bahasa yang relatif ‘ringan’ serta dengan contoh-contoh
yang praktis. Hal ini sangat jelas dijumpai dalam buku ini.
Pada bagian
pertama buku ini, penulis menjelaskan tentang posisi kita dalam Kerajaan Allah.
Menurutnya, manusia diciptakan untuk menjadi sarana utama yang melaluinya Kerajaan
Allah akan dinyatakan di atas bumi. Manusia memiliki peran yang unik dalam
menghadirkan Kerajaan Allah dan manusia juga telah ditetapkan untuk berbagi di
dalam kemuliaan ini. Berdasarkan peran manusia untuk menghadirkan kemuliaan
Allah di dunia ini, maka Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.
Menurutnya, kita adalah gambar Allah yang hina sekaligus yang mulia. Sebagai
gambar Allah yang hina mengindikasikan bahwa manusia bukanlah Allah serta manusia
hanyalah ciptaan yang memiliki keterbatasan. Namun manusia juga adalah ciptaan
yang mulia, oleh karena manusia menjadi representatif pemerintahan Allah di bumi.
Bahkan menurutnya, manusia merupakan simbol kehadiran Allah di bumi. Meskipun
pada akhirnya, itu dirusak oleh dosa. Sehingga membuat gambar itu rusak total
dan tidak lagi dengan sempurna dapat mewakili Allah di dunia.
Dalam bagian
kedua, penulis mendeskripsikan tugas manusia di bumi sebagai gambar dan rupa
Allah. Menurutnya, manusia memiliki tugas ganda, yakni: berlipat ganda dan menguasai
bumi. Berlipat ganda bukan hanya
berkaitan dengan pelipat-gandaan secara fisik, meskipun hal ini juga merupakan
panggilan kita yang mulia. Oleh karena pelipat-gandaan dalam hal ini juga
menyangkut tentang pelipat-gandaan secara spiritual – sehingga klimaksnya nanti
adalah Amanat Agung. Sedangkan berkuasa
berarti menguasai dunia demi kemuliaan Allah. Manusia harus memiliki relasi
yang baik dengan alam sekitar, sesama, dan diri sendiri. Sehingga kemuliaan
bagi Allah dapat terwujud melalui penaklukan bumi dengan kehadiran
gambar-gambar Allah yang baik.
Bagian ketiga penulis
mendeskripsikan tentang kejatuhan manusia yang merupakan gambar Allah ke dalam
dosa. Menurut penulis, keputusan manusia untuk memberontak melawan Allah
didahului oleh sebuah proses muslihat yang licik dari Iblis. Dan strategi Iblis
adalah menyerang atau fokus kepada ‘kebanggaan manusia’. Namun meskipun manusia
telah jatuh dalam dosa sama sekali tidak merubah manusia menjadi binatang. Manusia
tetaplah menjadi gambar dan rupa Allah yang telah rusak. Sehingga gambar yang
rusak inilah nantinya akan dikonstruksi ulang oleh Yesus Kristus melalui
pengorbanan-Nya di salib.
Pada bagian
keempat, penulis mendeskripsikan tentang situasi dunia pasca kejatuhan manusia
dalam dosa. Kejahatan menjadi sebuah ancaman bagi bumi ini. Mengapa? Oleh
karena seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa semua ciptaan Allah
bertujuan untuk mempermuliakan-Nya. Namun sekarang hal itu tidak kelihatan lagi
oleh karena kejahatan yang semakin merajalela di bumi. Dalam bab ini, penulis
mengambil contoh dari kisah Nuh untuk menjelaskan bahwa sebenarnya Allah sudah
memberikan banyak waktu kepada manusia untuk bertobat. Akan tetapi manusia
tidak menggunakan kesempatan itu, sehingga Allah harus menghukum manusia karena
dosa.
Bagian kelima
penulis mendeskripsikan tentang pokok-pokok yang harus diperhatikan guna dapat
kembali meraih tujuan hidup kita. Menurut penulis, dalam hal ini kita harus
memperhatikan tiga pokok, yakni: (1) beriman kepada kuasa Allah yang sedang
memimpin kita ke sana; (2) bersabar menantikan waktu Allah; dan (3) bertekun
dengan setia kepada Tuhan. Untuk menjelaskan ketiga pokok di atas, maka penulis
mengambil contoh dari kehidupan Abraham dalam pergumulan iman untuk meyakini
dan menantikan realisasi janji Allah.
Bagian keenam
penulis membawa kita untuk melihat situasi pada zaman Musa guna kita dapat
menggali setiap berkat Tuhan yang ada di sana. Dahulu Tuhan mengutus Musa dan
umat-Nya untuk berperang agar bisa merebut tanah perjanjian. Akan tetapi
sekarang kita harus melakukan perang rohani dengan senjata Firman Allah, oleh
karena dalam Firman Allah dapat ditemukan kekuatan dan keteguhan untuk
menghadapi peperangan melawan Iblis. Semua ini harus kita lakukan guna membawa
pemulihan gambar dan rupa Allah dalam diri manusia supaya dapat masuk ke dalam
Kerajaan Sorga.
Pada bagian
ketujuh, penulis mendeskripsikan tentang gambar Allah yang telah jatuh dan
rusak total, diberikan oleh Allah kemuliaan yang lebih tinggi. Hal ini tampak
dengan jelas dalam kerajaan Daud. Penulis mendeskripsikan bahwa sama seperti
Daud yang diliputi oleh kegirangan dan syukur yang luar biasa kepada Allah atas
berkat-berkat-Nya yang melimpah, maka demikian juga kita yang telah memperoleh
berkat yang luar biasa dalam Kristus harus lebih bersyukur lagi bahkan lebih
dari pada syukur Daud. Oleh karena melalui kebangkitan Kristus, memungkinkan
kita untuk mengecap mahkota kemuliaan bersama dengan Kristus.
Pada bagian
kedelapan, penulis menjelaskan tentang dua efek dari berkat Allah. Di mana
menurutnya, apabila berkat tersebut digunakan seturut dengan maksud dan rencana
Allah maka hal itu akan berdampak positif bagi hidup kita. Namun apabila
dipergunakan dengan tidak benar maka hal itu akan berdampak secara negatif
kepada kita. Hal ini dijelaskan penulis berkaitan dengan Hukum Taurat. Hukum
Taurat dapat menolong kita untuk mengenal dosa sehingga kita merasa perlu
seorang juruselamat. Akan tetapi Hukum Taurat sendiri bukanlah juruselamat.
Sehingga apabila kita sudah mengenal dosa melalui Hukum Taurat, maka kita
menghindari dosa. Namun justru membuat
kita semakin giat melakukannya. Bukankah hal ini menjadi lumrah dalam kehidupan
gereja Tuhan?
Dalam bagian
sembilan dan sepuluh, penulis mendeskripsikan tentang peran sentral dari Yesus
Kristus sendiri dalam pemulihan gambar dan rupa Allah itu. Sehingga pemulihan
yang utuh terhadap gambar dan rupa Allah dalam diri manusia tergantung pada
upaya satu orang yang kepada-Nya kita menyandarkan segala harapan kita – Yesus
Kristus. Ia menjadi langkah terakhir menuju kemuliaan. Namun dalam menunggu
kondisi tersebut, terlebih dahulu kita dipanggil untuk menderita bagi-Nya.
Setiap orang percaya menanggung penderitaan dan kesukaran demi Kristus.
Kelebihan. Penulis
mendeskripsikan buku ini dengan sangat sistematis, bahasa yang mudah dipahami,
meskipun nilai akademis dan alkitabiahnya tetap tinggi. Sehingga menjadi
kerugian besar bagi setiap orang
Kekurangan. Pekerjaan
yang sulit adalah mencari kelemahan buku ini. Buku ini nyaris sempurna.
Meskipun sudah dua kali selesai membaca habis buku ini, akan tetapi kelemahan
isi nyaris tidak ada. Richard L. Pratt memang seorang ahli Perjanjian Lama yang
extra ordinary.
Rekomendasi pembaca.
Buku ini sangat bagus, serta pesan yang disampaikan sangat urgen, sehingga
menurut saya buku ini dibaca semua kalangan orang percaya. Sangat disayangkan
apabila dibaca oleh kelompok mahasiswa teologi saja. Oleh karena bahasanya pun
sangat mudah dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
www.junedintan.blogspot.com